Hari AIDS Sedunia

34 Balita di Bali Terinfeksi HIV Positif

VIVAnews – Penyakit HIV tak pandang bulu. Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali menunjukkan data tahun 1987 sampai September 2008 tercatat ada 34 balita yang terinfeksi HIV positif.

Cerita Perjuangan TikTokers Sasya Livisya, Sering Dapat Hate Comment karena Penampilannya

”Penularan dari ibunya,” kata Kepala Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Bali, dr Ketut Subrata, Senin, 1 Desember 2008.

Menurutnya, jumlah penderita HIV di Bali terus mengalami peningkatan.  Sejak ditemukan pertama kali kasusnya di Bali tahun 1987 sampai sekarang ada 2.323 kasus, dengan korban meninggal 217 orang.

Terpopuler: Alasan Heerenveen Lepas Nathan Tjoe-A-On, Calon Kiper Timnas Indonesia Sabet Scudetto

“Data tertinggi tetap ditempati Denpasar dengan 1.117 kasus dan korban meninggal 93 orang. Disusul Buleleng dengan 442 kasus dan 33 orang meninggal,” kata Subrata.
 
Kasus baru yang ditemui tahun 2007 sebanyak 583 kasus dengan rincian penderita HIV positif sebanyak 340 orang dan AIDS 243 orang. Sedangkan tahun 2008 sampai September saja kasus barunya mencapai 487 orang, 181 penderita HIV positif, dan 306 pengidap AIDS.

“Ini kasusnya baru di permukaan saja. Karena banyak kasus seperti ini tidak dilaporkan, entah karena malu lantaran aib atau memang ketidaktahuan masyarakat kalau AIDS penyakit berbahaya dan mematikan,” paparnya.

Keren Banget, Sherina Main Teater Musikal Bareng Anak-Anak Sekolah

Sementara itu, penanganan ibu hamil dengan HIV/AIDS telah dilakukan di RS Sanglah dan RSUD Singaraja melalui program Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT). Data dari RS Sanglah, sejak tahun 2005 sampai sekarang telah ada 32 ibu hamil dengan kehamilan berisiko HIV.

Dikonfirmasi terpisah, spesialis obstetri dan ginekologi RS Sanglah, dr Anak Agung Ngurah Jayakusuma SpOG (K) mengatakan melalui program ini dokter hanya mampu menurunkan bayi tertular dua persen saja. “Kita tidak mungkin bisa buat nol persen,” katanya ketika ditemui di kantornya, Senin 1 Desember 2008.

Penularan virus HIV melalui trans plasenta, proses persalinan, dan menyusui harus dipantau melalui konseling. “Kita nggak mungkin bisa melarang perempuan untuk hamil karena itu hak azasi mereka. Setelah hamil, bagaimana mereka bisa untuk menjaga supaya bayi tidak tertular.”

Menurutnya, yang membuat kesulitan adalah untuk mengetahui apakah bayi terinfeksi HIV/AIDS  harus menunggu sampai usia 1,5 tahun terlebih dahulu. “Sebenarnya ada cara cepat dalam waktu 48 jam sudah bisa diketahui dengan tes polimerase chain reaction (PCR), tapi mahal. Rata-rata pasien kita dari kalangan tak mampu,” ungkapnya.

Dari 32 ibu hamil dengan HIV/AIDS, baru lima yang dapat diketahui hasilnya adalah negatif. Sementara sisanya masih menunggu usianya sampai genap 1,5 tahun.

Laporan: Wima Saraswati/Bali

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya