Resesi Jepang Lebih Buruk dari Dugaan

VIVAnews - Jepang terpuruk lebih jauh dalam resesi daripada perkiraan sebelumnya, ketika kuartal ketiga perusahaan-perusahaan memangkas investasi untuk mengatasi krisis keuangan, kata pejabat berwenang hari Selasa 9 Desemer 2008.

Instruksi Irjen Karyoto ke Jajarannya Pastikan Rangkaian Perayaan Paskah Kondusif

Potret buram ekonomi Asia secara luas meningkatkan kekhawatiran kecenderungan menurun menjadi krisis yang lebih dalam dan lama daripada yang diperkirakan sebelumnya. Analis mengatakan krisis ini bisa mendesak bank sentral untuk memangkas suku bunga lagi menjadi hampir nol.

Ekonomi Jepang menyusut 0,5 persen dalam tiga bulan sejak September, atau 1,8 persen dalam asis tahunan. Jepang memasuki resesi pertama dalam tujuh tahun dengan dua kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif, kata pemerintah Jepang.

Pilkada Serentak 2024 Diusulkan Ditunda, Ini Sejumlah Pertimbangannya

Awalnya perkiraan bulan lalu menunjukkan perekonomian Jepang menyusut 0,1 persen pada kuartal ketiga, dan 0,4 persen pada basis tahunan.

“Data menunjukkan ekonomi bergerak lebih cepat dari pemikiran sebelumnya, dan kedalaman resesi akan lebih hebat,” kata Glenn Maguire, Kepala Ekonom Asia pada Societe Generale di Hong Kong.

Momen Bersejarah, Al Quran Berbahasa Gayo Hadir Memperkuat Identitas dan Budaya Aceh

“Kami belum melihat dampak buruk dari ekonomi pada kuartal keempat. Jepang berawal dari pondasi yang lebih lemah dari pemikiran sebelumnya, “ kata Maguire memprediksikan resesi akan berlangsung hingga pertengahan 2009.

Ketergantungan ekonomi Jepang terhadap ekspor juga turut lesu, akibat ekspor yang melemah karena krisis keuangan global yang menghantam perdagangan internasional.

Potret terakhir dari perekonomian Jepang bahkan lebih buruk daripada prediksi para analis yang menilai sekitar 0,2 persen dari kuartal demi kuartal.

Pemerintah Jepang  mengatakan penyusutan ekonomi direvisi 1 persen pada kuartal kedua, juga lebih buruk dari pemikiran sebelumnya.

Jepang bersandar pada ekspor mobil, elektronik dan barang-barang lain untuk mendorong pemulihan dari resesi tahun 1990. Tapi ekspor nampaknya melemah dalam bulan-bulan terakhir ini akibat menurunnya permintaan dalam resesi yang menimpa perekonomian di banyak negara.

“Perusahaan-perusahaan menghadapi pengetatan keuntungan dan ada pesimisme soal permintaan di masa depan, sehingga mereka harus memangkas investasi bisnis dalam kuartal berikutnya, “ kata Tomoko Fuji, kepala ekonomi dan strategi di Bank Of Amerika, kepada AFP seperti dikutip Channel NewsAsia, Selasa 9 Desember 2008.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya