Dunia Usaha di Tengah Krisis

“Kalau Perlu, Kita Bertabrakan dengan WTO”

VIVAnews – BADAI krisis global mulai terasa di sejumlah sektor industri di Indonesia. Sejumlah industri terpaksa harus memecat puluhan ribu karyawan, seperti telah dilakukan sejumlah perusahaan besar. Tapi, di balik cerita suram soal krisis ini, sejumlah industri rupanya mampu bertahan.  Pemerintah juga telah memasang kuda-kuda. Sejumlah kebijakan perdagangan disiapkan guna menyelamatkan dunia usaha nasional. Meskipun, langkah itu, terpaksa menabrak prinsip WTO, badan yang mengatur ekspor dan impor dunia itu.

Untuk mengetahui situasi industri nasional, Heri Susanto, Rika Panda dan Elly Setyo Rini  dari VIVAnews mewawancarai Menteri Perindustrian Fahmi Idris di kantornya di Jakarta, Jumat, 12 Desember 2008. Dunia industri kita, kata Fahmi Idris, lebih lentur menghadapi badai. Berikut petikan wawancara bersama Menteri Fahmi, yang ditemani sejumlah direktur jenderal di Departemen itu.

Di tengah krisis global, banyak juga industri kita bisa bertahan. Apa sebabnya?

Memang Indonesia kena dampak krisis global. Dampak parah adalah menurunnya daya beli, meningkatnya inflasi. Lalu, menurunnya pertumbuhan ekonomi, tingkat investasi, dan kegiatan di sektor riil. Bagi Indonesia, negara-negara dunia itu merupakan pasar ekspor.  Mereka sudah banyak menghentikan pembelian, dan membatalkan kontrak. Contohnya di TPT (tekstil dan produk tekstil).  Kontrak, pemasaran yang sudah diproses di Indonesia, tiba-tiba mereka katakan tidak usah dikirim. Akibatnya kita mengalami kelebihan stok barang. Tentu saja mereka, ambil contoh Cina, mencari pasar baru. Termasuk ke Indonesia. Jadi dampak kedua, yang akan kita alami, adalah derasnya arus masuk barang dari sejumlah negara eksportir. Seperti Cina itu.

Gejala itu sudah terlihat?

Sudah. Yang berbahaya adalah secara ilegal. Penyelundupan. Ini faktor kedua, akibat dampak krisis finansial global tadi.  Pemerintah sudah menyiapkan langkah dan kebijakan antisipasi dari aspek moneter, fiskal dan nonfiskal.

Misalnya?

Dari aspek moneter, antara lain, di perbankan meningkat jaminan depositonya. Departemen perekonomian ini sudah mengusulkan beberapa langkah antisipasi memperkuat posisi kompetisi memasuki pasar baru dan juga bersaing dengan beberapa produk dari negara-negara kuat lain. Misalnya, kita memberikan insentif fiskal.

Ansari Bukhari (Dirjen Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka):
Hampir semua (sektor) terkena dampak (krisis). Artinya, pasar melemah, di luar maupun di dalam. Yang besar seperti baja, tekstil, bahkan alas kaki. Seperti kata Pak Menteri, itu pasar ekspor. Tekstil, misalnya, 75 persen diekspor. Dari angka itu, lebih dari 40 persen ke Amerika, dan lebih 20 persen ke negara Uni Eropa. Kalau alas kaki, hampir 50 persen pasarnya ke Eropa, lebih 20 persen ke Amerika. Otomatis, dua sektor ini akan terkena.

Tetapi hal ini masih bisa kita kurangi dengan sejumlah kebijakan. Pertama, kebijakan pengendalian impor sejumlah produk. Ada lima produk, seperti alas kaki itu, melalui lima pelabuhan laut dan semua pelabuhan internasional. Di kelompok baja, misalnya sedang diusulkan ketentuan sama. Jadi impor hanya boleh oleh importir produsen (IP) atau importir terbatas (IT).

Budi Darmadi (Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika): Terimakasih, di sektor IATT, sektor transportasi atau angkutan, kendaraan bermotor roda dua relatif lebih tahan dibandingkan roda empat. Pada kendaraan roda empat itu, komponen impornya 15-45 persen. Kalau APV, 15 persen impor, 85 persen lokal. Kalau sedan, 55 persen lokal, 45 persen impor. Maka ketika ada kenaikan, dia kena krisis. Berapa lama dia kena krisis? Kuartal pertama tahun depan. Faktor terbesar penjualan itu adalah kredit, dan ada indikasi penurunan dari BI rate. Kemarin, turun 25 basis poin. Kalau itu turun lagi, maka efek di lapangan akan semakin besar.

Diperkirakan akan turun pada kuartal pertama 20 persen. Kemudian pada kuartal kedua akan naik. Tahun ini ada over hit, dari 570 ribu menjadi 600 ribu. Semua dikejar dengan jam kerja tiga shift plus lembur. Pengalaman 2006, itu ada kenaikan BBM, tidak ada PHK. Jadi ini bisa langsung terselesaikan. Kendaraan motor roda dua, relatif lebih tahan.  Misalnya, Yamaha, malah tambah kapasitas. Tahun depan, Bajaj malah mau impor. Kemarin Foton truk impor 100 miliar. Jadi tetap ada optimisme.  Pada 2009, kendaraan motor roda dua akan punya 97 persen local content. Jadi tidak terpengaruh dolar naik.

Angka 97 persen, itu besar sekali.

Diharapkan tetap 6 juta unit per tahun. Kemudian sektor kapal. Sektor kapal ini ada dua. Satu di galangan, satu bangunan lepas pantai. Kapal relatif tak banyak terpengaruh, malah sedikit menguntungkan karena turunnya harga baja. Kontraknya itu 3-4 tahun ke depan, sampai 2010-2011.

Elektronika konsumsi terkena dampak juga. Namun bisa diatasi dengan seperti yang dikatakan Pak Ansari, dengan Permendag No. 44. Kalau impor ilegalnya, kira-kira 20-30 persen, bisa kita minimalkan maka segmen itu akan diisi produsen dalam negeri.

Kalau sektor telematika, ini biasanya anomali. Pada 1997 atau 1996 dulu, misalnya, di tengah krisis bisnis itu justru berkembang. Diharapkan sektor ini tidak terkena dampak krisis. Soalnya, di situ ada industri kreatif, software. Kedua, ada telekomunikasi yang tetap. Kita tetap menjadi pemasok untuk software. Diharapkan telematika ada pertumbuhan positif.

Benny Wahyudi (Dirjen Industri Agro dan Kimia): Di sektor industri agro dan kimia, barangkali kita bedakan dua kelompok. Satu berbasis agro, khususnya industri makanan dan minuman. Lalu, di industri makanan dan minuman karena mayoritas bahan bakunya dari dalam negeri dan pasarnya mayoritas dalam negeri. Maka sebenarnya kelompok makanan dan minuman diperkirakan masih bisa bertahan dalam menghidapi krisis. Yang harus diwaspadai sektor ini adalah menurunnya daya beli. Kalau harga BBM turun bulan depan, ini akan memberikan nafas bagi konsumen. Sektor lainnya adalah industri komestik.

Di sektor ini, Indonesia memiliki bahan baku yang dapat diandalkan. Kemudian ketrampilan tenaga kerja kita untuk komestik ini diperlukan ketelitian di laboratorium. Ketrampilan mencampur dan sebagainya. Indonesia dianggap mempunyai kompetensi cukup baik. Pasar  industri komestik kita tumbuh karena krisis. Banyak konsumen beralih merk. Misalnya, yang tadinya ke Maxfactor sekarang beralih ke Sariayu, atau produksi dalam negeri lainnya. Sektor lain, adalah bahan galian non-logam seperti keramik. Juga industri furnitur.

(Kembali ke Fahmi Idris)

Fahmi Idris :


Tiga minggu lalu saya baru meresmikan perluasan pabrik sepeda motor Yamaha dengan investasi 80 juta US dollar. Kemudian pabrik motor Bajaj juga akan memperluas pabriknya, memperkuat atau menambah investasinya. Nanti pada Januari, ada investasi dari Korea Selatan, berupa pabrik baja Posko, salah satu pabrik baja terbesar dengan total produksi tersebut sekitar 30 juta ton per tahun dan sudah memasuki pasar dunia. Perusahaan itu akan bekerjasama dengan Krakatau Steel.

Dengan kata lain, ada yang memprihatinkan, tapi ada yang menggembirakan. Ini juga saat yang bagus untuk investasi karena harga beberapa komoditi penting, seperti baja tadi sedang turun, luar biasa turunnya. Beberapa komoditas lainnya juga sedang mengalami penurunan harga luar biasa. Maka itu beberapa pengusaha melakukan langkah strategis, melakukan berbagai investasi khususnya pada awal tahun depan, dan kemudian pada menjelang akhir tahun. Kami yakin dapat memperkuat posisi kompetisi di sektor industri.

Saya berterimakasih, Bank Indonesia memberi respon positif menurunkan beberapa basic point dari SBI. Pemerintah juga berani mengambil posisi. Dalam hal ini, pada pertemuan APEC, G20 dan WTO, bahwa dalam rangka mengantisipasi krisis finansial global akan ada kebijakan kita yang bersinggungan dengan WTO.

Berapa produk yang akan ditanggung bea masuknya?

Ada beberapa produklah, dan itu sudah diprotes oleh masyarakat Uni Eropa dan juga India karena dianggap itu subsidi. Tapi kami yakin kegiatan ini dapat difederasikan dengan baik di forum-forum dunia tadi.

Sebelum soal bea masuk ini, ada pengalaman bersinggungan dengan WTO?

Sampai saat ini tidak. Saya ulang lagi ya, itu pada pertemuan tingkat dunia di Peru, Washington, dan Beijing beberapa bulan lalu. Kepala-kepala negara bertemu dan membahas gejolak perekonomian dunia. Kepala negara tadi sudah mensinyalir dalam rangka mempertahankan pertumbuhan ekonominya, negara-negara itu pasti akan melakukan langkah dan kebijakan yang akan bersinggungan, bertabrakan dengan prinsip yang disepakati WTO.

Kebijakan yang membatasi impor itu sudah ada hasilnya?


Kebijakan ini baru diambil 15 Desember. Jadi sulit melihat pada akhir tahun ini. Pada awal tahun depan dampak itu akan terasa. Sebab dari sejumlah produk tadi,  barangkali masyarakat ada yang sampai akhir tahun pun masih oke. Apakah itu TPT, alas kaki dan sebagainya. Misalnya kendaraan bemotor roda dua. Dampak krisis pada sektor itu agak kurang dengan adanya roda empat. Barangkali komponennya berbeda. Komponen domestiknya lebih besar. Kemudian para pelaku sektor ini, sektor otomotif roda dua, antara lain telah melakukan berbagai kebijakan. Misalnya kendaraan tadi, khususnya roda dua itu lebih dari 70 persen, itu dengan kredit. Bahkan ada yang mengatakan 76-78 persen, itu dengan sistem kredit. Dan penjualan tetap tinggi. Misalnya di sektor pertanian, CPO, harga kan turun ini. Sektor perkebunan rakyat mengalami dampak negatif, harga CPO turun sehingga TBS (Tandan Buah Segar) tidak turun. Nah mereka ini sudah terlanjur membeli motor.

Kalau melihat data BPS, sepertinya industri tekstil itu sudah minus pada Agustus. Sebenarnya imbas krisis keuangan itu mulai terasa kapan?

Amerika mengalami krisis ini. Ibarat gempa, dia pusatnya. Amerika sudah mulai mengalami krisis ini sejak tahun 2006. 2007, lebih dahsyat. Sudah terjadi krisis di bidang keuangan, perbankan di tahun 2006 tetapi lebih terasa lagi di tahun 2007. Tentu saja pada waktu-waktu itu juga telah terjadi dampak pada Indonesia. Tadi barangkali mengatakan 75 persen produk TPT itu ekspor. Nah, ekspor terbesar kita antara lain ke Amerika.

Lalu soal proyek infrastruktur, apa yang dilakukan pemerintah?

Pembangunan infrastruktur adalah kebijakan pokok dari pemerintah saat ini. Pertama, untuk lancarnya kegiatan ekonomi. Kalau ditambah ruas jalan, panjang jembatan, dan pelabuhan serta Bandar udara yang lebih baik, komoditas akan lancar. Sektor riil juga. Dampak lain, adalah ketersediaan lapangan kerja. ini yang lebih dahsyat lagi adalah kesempatan kerja akan secara luas tersedia. Lalu, penggunaan produk dalam negeri, antara lain semen, besi baja dan lain-lain.

Soal industri kecil, bagaimana keadaannya?

(Fahmi mempersilakan Setio Hartono, Direktur Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah untuk menjawab)

Setio Hartono: Kalau di industri kecil dan menengah, secara umum 81 persen produknya dari dalam negeri. Sedangkan 19 persen ekspor.  Tapi yang ke Amerika hanya 1,27 persen. Untuk pasar dalam negeri, sejauh ini malah kuat. Soalnya, ada perlindungan terhadap pasar dalam negeri. Khusus untuk produk ekspor, misalnya minyak asiri, sampai akhir bulan ini masih aman. Bahkan optimis mendapat pesanan cukup untuk tahun depan. Kalaupun menurun, tidak lebih dari 5 persen. Untuk barang yang bahan bakunya sedikit impor, ini mungkin akan terkena sedikit. Seperti benang emas.

Pemerintah akan mengeluarkan kewajiban memakai produk dalam negeri?

Sebetulnya upaya pemerintah meningkatkan penggunaan produk dalam negeri sudah dilakukan sejak tahun 80-an. Ini terkenal dengan Keppres No. 10. Ketika itu, pemerintahan Pak Harto itu membentuk suatu kementrian khusus produk dalam negeri. Kita juga memiliki berbagai payung hukum. Misalnya, Keppres No. 80 yang mengatur pembelian barang  dengan dana APBN ataupun APBD. Juga berbagai departemen punya kebijakan khusus tentang pengutamaan penggunaan produk dalam negeri.

Artinya, menggunakan produk dalam negeri wajib bagi semuanya?


Iya, wajib.

Kapan instruksi presiden ini dikeluarkan?

Tadi saya katakan Inpres ini sudah pada tahap akhir. Karena yang menandatangani presiden, jadi saya tidak bisa memastikan. Bisa besok, bisa minggu depan.

Apakah kebijakan itu wajib juga bagi swasta?

Iya, tentu saja berdampak pada sektor swasta. Inpres ini juga akan mengatur pengurangan barang impor yang sudah diproduksi oleh industri dalam negeri. Jadi berdampak pada kebijakan.

Soal industri kreatif,  bagaimana perkiraannya untuk tahun depan?

Industri kreatif ini sudah populer sejak lima tahun lalu. Tetapi hanya kemasannya saja yang baru. Dulu pernah, sebetulnya sudah lama. Ambil contoh kecil saja. kaos oblong bertulisan. Itu sudah lima tahun lalu. Itu kreatif.   Misalnya juga film. Kalau dulu film kita didominasi horor, cerita tentang kemewahan, cerita tentang percintaan, sekarang film kita mengangkat masalah kemanusiaan. Tema heroisme yang diangkat tidak seperti tema heroisme zaman dahulu. Kalau sekarang bukan soal heroism berani mati, tapi menghadapi hidup secara realistis. Mengangkat nilai-nilai kemanusiaan. Itu digemari masyarakat.

Soal hak cipta, banyak produk buatan kita diklaim negara lain
.

Pemahaman soal hak kekayaan intelektual ini, antara kita dengan masyarakat Barat berbeda sekali. Kita sudah verifikasi undang-undang yang bersifat internasional, dan menghargai kekayaan intelektual berupa penemuan dari orang per-orang atas kemampuan, daya pikir, daya nalar seseorang sehingga melahirkan suatu produk yang produk itu dikomersialkan dan sebagainya. Kita sudah menuju ke sana.

Kita sudah memiliki aneka perangkat undang-undang, seperti soal merk, paten, dan sebagainya. Ada sekitar 10 undang-undang , dan berbagai konvensi yang sedang kita ratifikasi. Kewajiban mendaftarkan temuan untuk hak paten memang belum dipahami semua pihak. Contohnya, kita punya pusat industri tas dan kulit di Tanggul Angin, Sidoarjo. Industri itu pernah diprotes Louis Vuitton, pembuat tas asal Perancis. Vuitton  tentu sudah lama sekali (memproduksi tas), jauh sebelum perang dunia pertama. Para pelaku industri kecil kita di Tanggul Angin itu meniru, dan memakai nama itu. Akibat gugatan itu, hampir saja daerah itu ditutup dan tidak boleh berproduksi.

Kondisi Terkini Fairuz A Rafiq, Dilarikan ke RS hingga Ngaku Menangis Saat Lihat Diri Sendiri
Puncak arus balik mudik di Terminal Kalideres, Jakarta Barat.

Puncak Arus Balik, 6.500 Pemudik Diperkirakan Tiba di Terminal Kalideres

Puncak arus balik mudik di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, diperkirakan akan ada 6.500 orang kembali dari mudiknya.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024