Sekilas Pusat Primata Schmutzer

Abu Jenazah Ditabur di Atas Jejak Harimau

VIVAnews - Pusat Primata Schmutzer Ragunan dihibahkan bagi kota Jakarta oleh mendiang nyonya Puck Schmutzer, seorang pecinta satwa dan pengurus Yayasan Gibbon. Nyonya Schmutzer atau Puck ingin menunjukkan sebuah contoh akan kepedulian pada satwaliar di dalam nuansa Taman Margasatwa.

Berdasarkan informasi dari Pusat Primata Schmutzer, atas kecintaannya pada Indonesia, Puck mengharapkan hibah yang diberikan dapat membantu masyarakat Indonesia untuk lebih menghargai dan peduli pada keindahan satwa liar Indonesia.

Wanita bernama lengkap Pauline Adeline Antoinette Veersteegh atau Puck lahir pada tanggal 6 September 1924 di Wonorejo. Puck seorang pelukis, pecinta seni dan penyayang binatang. Hal terpenting yang diajarkan oleh orangtuanya yaitu: Menghargai dan Mencintai semua ciptaan Tuhan, termasuk manusia dan satwa.

Puck lahir dengan kewarganegaraan Indonesia, tetapi pada tahun 1951 beliau mengganti kewarganegaraannya menjadi warga negara Belanda. Beliau bekerja pada sebuah perusahaan di Indonesia yaitu, Ford Motor, dan kemudian pindah ke kantor pusat perusahaan tersebut di Singapura. Beliau bekerja pada perusahaan tersebut sampai tahun 1959, kemudian kembali ke Indonesia.

Sekembalinya dari Singapura, beliau bertemu seorang pengusaha berkewarganegaraan Belanda bernama Drs IAM Ignace Schmutzer. Setelah pernikahan mereka, Puck mulai banyak mengerjakan aktivitas sosial, baik untuk manusia maupun untuk satwa. Beliau melakukan kegiatan ini sampai sepanjang sisa hidupnya.

Pada tahun 1980 beliau menerima Satya Lencana Sosial dari Presiden Soeharto. Drs. IAM Ignace Schmutzer meninggal lebih dahulu pada tahun 1977 di Utrecht, Belanda. Puck meninggal pada tahun 1998 dan abu jenazahnya ditabur di atas jejak kaki harimau sumatera oleh pelaksana wasiat Willie Smits di kawasan Taman Nasional Berbak, Jambi.

Penghuni Pusat Primata yang dicanangkan Puck ini disebut-sebut yang terbesar di Asia bahkan dunia. Salah satu satwa primata penghuni Hamidah dan Gombloh. Hamidah adalah orangutan Borneo [Pongo pygmaeus] betina korban dari manusia yang tidak bertanggung jawab hingga akhirnya terpaksa tinggal di habitatnya di hutan.

Hamidah diserahkan ke TMR pada tanggal 8 November 2000. Tiga tahun kemudian, tepatnya tanggal 2 Juni 2003, Hamidah resmi menghuni Schmutzer. Sama halnya dengan Hamidah, Gombloh juga merupakan hasil penyerahan masyarakat ke TMR dan dipindahkan ke PPS pada tanggal 16 Februari 2004.

Lain Hamidah lain Gombloh. Sebuah kelompok Lutung Jawa (Trachypitecus auratus) menjadi penghuni baru Pusat Primata Schmutzer. Tiga ekor lutung betina dan satu ekor lutung jantan mendapat dua anggota baru yang bernama Septi dan Ivanov. Dua ekor bayi lutung ini merupakan anak dari Runny dan Ipit yang lahir pada 11 September dan 5 November lalu.

Ipit yang memiliki rambut hitam kawin dengan Roggy yang memiliki rambut coklat, membuat anaknya Ivanov memiliki kemungkinan berambut hitam atau coklat. Usia Ivanov sekarang genap satu bulan, tanda-tanda rambutnya akan berubah menjadi hitam mulai tampak dengan mulai berubahnya rambut disekitar dahi, punggung dan ujung ekor menjadi hitam.

Ngeri! Penampakan Angin Puting Beliung 'Hadang' Nelayan di Perairan Madura
Phil Foden saat Manchester City vs Manchester United

5 Fakta Mengerikan Jelang Duel Brighton vs Manchester City di Premier League

Manchester City akan datang ke markas Brighton dalam laga tunda Premier League matchday ke 29 di Stadion American Express pada Jumat dini hari nanti, 26 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024