Biaya Frekuensi Tahunan

XL Inginkan Potongan Harga

XL mengaku biaya yang ditetapkan pemerintah untuk frekuensi tahunan termasuk 3G sebesar US$ 160 miliar per 5MHz sepanjang 10 tahun terlalu memberatkannya. Alasannya, penetrasi 3G pada pengguna XL masih relatif kecil.
 
Hal itu disampaikan GM Corporate Communications XL Myra Junor di sela-sela jumpa pers peluncuran Program Promo "Nelpon Sampe Puas" di Jakarta, Selasa 6 Januari 2008. "Kami sudah meminta potongan harga untuk biaya penambahan frekuensi 3G. Setidak-tidaknya sama dengan tahun lalu, tidak dilebihkan," ucap Myra.
 
"Karena bila penambahan frekuensi per 5 MHz dikenakan biaya yang sama, yakni US$ 160 miliar, maka mau tidak mau harga jual ke end-user juga nantinya akan menjadi mahal," katanya.
 
Sejauh ini, Myra mengatakan, hasil perhitungan XL untuk biaya yang ditetapkan pemerintah masih tidak wajar. Pasalnya, penikmat layanan frekuensi 3G masih relatif sedikit.
 
"Jumlah pengguna layanan data kami, termasuk pengguna BlackBerry, hanya sekitar 70.000. Kalau harga yang ditetapkan begitu mahal, otomatis harga retail pun akan menjadi mahal," jelas Myra.
 
Hal tersebut diamini Kukuh Saworo, VP Network Operation Center XL, di tempat yang sama. Menurutnya, saat ini pengakses layanan data, terutama yang menggunakan jaringan 3G, mengeluh karena aksesnya melamban.
 
"Bila trafik voice lagi tinggi, akses data (download) otomatis akan melamban," katanya.
 
Jadi, tambah Kukuh, XL berencana untuk menambah kapasitas jaringan XL untuk frekuensi 3G node B pada sekitar 1875 BTS. Investasinya diperkirakan mencapai sekitar 120 ribu dolar AS. "Bila frekuensinya diperlebar, maka user akan menjadi lebih nyaman."
 
Namun, hingga saat ini XL masih belum mendapat kejelasan tentang biaya frekuensi tahunan. Kata Myra, penetapan biaya tersebut masih didiskusikan oleh pemerintah, yakni Depkominfo dan Depkeu selaku bendahara negara. XL sendiri saat ini memiliki jatah frekuensi 5MHz dan berencana untuk menambah 5MHz lagi.

Ratusan Karyawan PT PRLI Demo Lagi, Minta MA Lakukan Penggantian Majelis Hakim
Chief Executive Officer Indodax Oscar Darmawan.

Asia Tenggara Bisa Jadi Pemimpin Industri Kripto Dunia, Begini Penjelasannya

Penelitian Statista mengungkapkan, pasar kripto di Asia Tenggara diproyeksikan mencapai US$1.787 juta atau sekitar Rp27,5 triliun pada tahun 2024.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024