Marco Materazzi

Bad Boy Penuh Pesona

VIVAnews - Marco Materazzi memiliki pesona di tengah julukan sebagai bad boy lapangan hijau. Dibenci namun dicintai, kasar perangai namun hebat dalam perebutan bola.

Perpaduan semua hal itu membuat pemain yang juga sering disapa Matrix ini sempurna sebagai bek tangguh di klub sebesar Inter Milan. Dengan sosok tinggi 193 cm, Matrix jadi penanduk sempurna di kotak penalti lawan.

Sebaliknya, ia malah pernah ditanduk Zinedine Zidane di final Piala Dunia 2006. Momen yang semakin melambungkan namanya sebagai bad boy.

Kini, pemain kelahiran Lecce, 19 Agustus 1973 ini digandrungi oleh Tottenham Hotspur. Allenatore Jose Mourinho kabarnya siap melepasnya karena Matrix rentan kartu merah, dan mulai ceroboh di lini belakang.

Mantan Ajudan SYL Ungkap Ada Pesan WA dari Firli ke SYL, Tapi Langsung Dihapus

Sebelum hal itu terjadi, ada baiknya menyimak kegilaan Matrix selama beraksi di atas lapangan.

Juli 1998
Everton membeli Materazzi dari Perugia dengan harga 2,8 juta poundsterling. Pembelian yang dianggap sebagai salah satu kesalahan The Toffes. Pasalnya, hanya dalam waktu semusim, pria yang memiliki tato di seluruh bagian lengan bawahnya itu tiga kali diusir wasit. Sialnya dalam partai melawan Coventry City, Materazzi menjadi korban diving Darren Huckerby.

Pemain Coventry itu berpura-pura jatuh dan menabrak papan iklan di pinggir lapangan. Begitu kencangnya tubrukan itu, Huckerby meneteskan air mata. Wasit yang melihat kejadian itu tanpa ampun langsung mengusir Materazzi yang masih bingung apa kesalahannya. Di akhir musim, The Toffes langsung memulangkan pria kelahiran 1973 itu ke Perugia.

Juli 2001
Sebagai defender, Materazzi termasuk produktif dengan melesakkan 12 gol musim 2000-2001. Selain menjadikannya top skorer Perugia, Inter langsung jatuh hati dan membelinya.

Februari 2004
Selepas pertandingan melawan Siena, Materazzi malah berkelahi dengan Bruni Cirillo. Bisa ditebak akibatnya, pria asal Lecce itu diberi larangan dua kali tampil. Tak puas sampai di situ, Cirillo tampil di televisi dengan bibir robek dan mata lebam.

"Materazzi melakukan ini padaku. Saya ingin semua orang melihat ini agar tahu bagaimana Materazzi sebenarnya," ujar Cirillo.

April 2006
Juan Pablo Sorin dari Valencia jadi korban Materazzi berikutnya lewat sodokan sikut di laga Liga Champions. Beruntung, wasit tak melihat hal itu dan Materazzi lolos dari hukuman.

Juli 2006
Ini dia puncak kepopuleran Materazzi. Tak akan ada yang lupa peristiwa final Piala Dunia 2006 ketika ia ditanduk Zinedine Zidane. Namun, malam itu menjadi milik Materazzi ketika Zidane yang diusir wasit hanya bisa temangu melihat negaranya ditaklukkan Italia lewat drama adu penalti.

Musim Panas 2006
Kontroversi merebak soal apa yang dikatakan Materazzi hingga Zidane meledak seperti itu. Dalam satu wawancara, pemain Italia itu menolak tuduhan kalau ia menghina ibu dan saudari Zidane.

"Saya bahkan tak tahu apa arti kata itu (pelacur, teroris)," ujar Materazzi.

Namun belakangan ini, Materazzi akhirnya mengaku kalau ia menghina saudari Zizou dengan sebutan whore (pelacur).

Musim Gugur 2006
Partai ulangan final Piala Dunia terjadi di babak penyisihan grup Euro 2008. Tanpa basa-basi pelatih Prancis, Raymond Domenech, langsung menuduhnya diving dalam pertandingan itu.

"Dia (Materazzi) punya kebiasaan mudah jatuh. Dia pasti punya kelemahan," ujar Domenech kala itu.

Januari 2007
Lagi-lagi ditanduk pemain lawan. Kali ini yang meniru aksi Zizou adalah pemain Sampdoria, Gennaro Del Vecchio. peristiwa ini terjadi ketika keduanya terlibat perebutan bola dengan kiper Inter, Julio Cesar.

Materazzi marah dan menyemprot Del Vecchio, "Apa yang kau lakukan?" Tak disangka pemain Sampdoria itu langsung mendorong dan menanduknya hingga bibir Materazzi robek.

Mei 2007
Merayakan titel Serie A bersama Inter, dan mencetak 10 gol dari 28 pertandingan.

Agustus 2007
Terpinggirkan karena cedera paha. Matrix membandingkan saat itu dengan kesakitan saat istrinya melahirkan.

Mei 2008
Dalam pertandingan melawan Siena, Inter membutuhkan gol kemenangan. Dan kebetulan saat itu La Beneamata mendapat hadiah penalti di menit akhir pertandingan. Julio Cruz terpilih sebagai eksekutor, namun di luar dugaan Materazzi merebut bola darinya.

Meski dilarang rekan-rekan setimnya, Materazzi tetap ngotot melakukan tendangan penalti. Sayangnya, tendangan itu berhasil ditepis Alex Manninger. Di situlah terdapat momen kikuk Materazzi yang jelas malu pada Cruz.

"Saat itu saya merasa yakin melakukan penalti. Tapi, ternyata memang harusnya Julio yang melakukannya. Saya sudah minta maaf padanya.

VIVA Militer: 88 hari rehab rumah dinas Yonif 305 Tengkorak Kostrad TNI

Aksi Jenderal TNI Maruli dan Pasukan Tengkorak Kostrad 88 Hari Ubah 24 Rumah Berhantu Jadi Indah

Rumah digempur siang malam bersama-sama.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024