Rakernas IV PDIP

Dari Kalimantan ke Solo Demi Mega-Buwono

VIVAnews - Bambang Tjaroko tampil nyentrik. Dari sekitar 1.200 peserta Rapat Kerja Nasional IV Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, hanya dia yang mengenakan blangkon merah. Jas yang dikenakan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Tanah Bumbu, Kalimantan Tengah, itu juga paling beda. Di bagian punggung jas merah itu, dibordir nama Megawati-Sultan Hamengku Buwono IX.

Man Utd Incar Penyerang Tua yang Bela Real Madrid

“Saya sebagai ketua cabang, siang ini akan mengusulkan Mega-Buwono yang maju di pemilihan presiden 2009,” kata Bambang kepada VIVAnews, Rabu 28 Januari 2009. Dia ditemui menjelang Rapat Kerja Nasional IV Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, di The Sultan Hotel, Solo, Jawa Tengah.

Usulan bagi pasangan itu bakal disampaikan pria berkacamata ini pada sesi pandangan daerah. Di tahapan itu, semua daerah bakal mendapat kesempatan panitia mengemukakan pendapatnya tentang kriteria tokoh yang layak menjadi pendamping Megawati merebut kursi presiden.

Ekonomi Tumbuh 5,6% di 2024, Pemprov DKI Yakin Bisa Atasi Inflasi

Bambang mengatakan dukungan pasangan Megawati-Sultan belum menjadi keputusan DPC. Namun, dia akan berusaha agar mayoritas masyarakat di daerahnya ikut mendukung.

Itulah sebabnya, dia memulai gerakan membangun dukungan. Caranya, pria kelahiran Yogyakarta yang menetap di Kalimantan Tengah sejak 1981 itu bakal memulai dengan menyuarakan di forum Rapat Kerja Nasional.

Polisi Sebut Kecelakaan Beruntun di GT Halim Libatkan 9 Kendaraan

Maka itu, dia datang ke Solo dengan setelan baju desain sendiri. Bordir tulisan Megawati-Sultan warna emas itu dirancang Bambang sendiri.

Dia punya alasan mengapa Sultan tepat mendampingi Megawati maju ke Pemilihan Presiden. Dibandingkan dengan sejumlah tokoh nasional yang selama ini disebut-sebut masuk daftar inventarisir calon pendamping Megawati, bagi Bambang, Sultan tetap nomor satu dari berbagai segi.

“Pertama karena Sultan bersedia hadir ke acara ini,” kata Bambang. “Kemudian beliau selalu mengatakan tahta untuk rakyat. Kami menerjemahkan, dalam segala keputusan harus menguntungkan rakyat.”

Bagi Bambang, 2009 ini merupakan tahun yang sulit. Dia mencontohkan di bidang ketenagakerjaan. Masih banyak warga yang tidak memiliki lapangan pekerjaan. Itu

Masalah tenaga kerja, kata dia, selalu menjadi masalah mendasar di Indonesia. Entah siapa pemimpinnya, kata dia, pengangguran selalu menjadi problem rumit. Karena itu, Bambang mengatakan Indonesia membutuhkan pemimpin yang betul-betul memahami kondisi riil rakyat.

“Dan perjuangan partai itu, bagaimana agar harga sembako itu terjangkau,” kata dia.

Itulah sebabnya, kata Bambang, Megawati membutuhkan pendamping yang cakap dan cocok dengan visi kepemimpinannya. Dan tokoh itu, di mata Bambang, adalah Sultan.

“Prinpsip kami, pemimpin itu jujur, dalam pengertian dalam setiap keputusannya tidak menyakiti rakyat,” kata dia. “Dan selama Sultan bertakhta, tidak pernah menyakiti rakyatnya.”

Bambang mengatakan pasangan Mega-Buwono ideal maju. Dia akan memperjuangkan di daerahnya untuk ikut mendukung pasangan itu.

Namun, kata pegawai swasta itu, yang memutuskan apakah mereka berpasangan atau tidak tetap di tangan pimpinan partai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya