Pintu Terlarang: Mengunci Cemas dan Gemas

VIVAnews - Seorang pematung dihadapkan pada sebuah dunia yang memiliki dua sisi yang bikin cemas sekaligus gemas. Satu sisi menguakkan pengetahuan, sementara sisi yang lain mengunci misteri. Di antara kedua sisi berseberangan tersebut sebuah pintu tegak mengganggu kemapanan.

Umurnya ada di sekitar awal tiga puluh. Ia memiliki raut muka tegas dan rahang kuat. Namun, pandangannya senantiasa memaparkan kerisauan yang agaknya datang dari masa silam. Nada bicaranya tak pernah terang benar. Ia, sesungguhnya, lembek.

Gambir, sang pematung, karya-karyanya menunjukkan figur perempuan hamil. Ia didampingi istri yang dominan serta manipulatif bernama Talyda, sosok penuh energi, sukses berkarir di dunia periklanan. Pada setiap pameran yang memajang karya suaminya, ia mampu menjadi 'juru bicara' bagi si lelaki. Dengan lidah cerdas, ia mampu membalik hati bimbang kolektor untuk membeli karya suaminya. Ia sungguh piawai mengawal, jika bukan menegaskan, kerapuhan suaminya.

Syahdan, di suatu masa ketika masih berpacaran dengan Talyda (Marsha Timothy), mereka menggugurkan janin di rahim Talyda. Gambir tercengang ketika calon istrinya itu memaksanya untuk menyimpan janin di perut salah satu patungnya. Gambir semula menolak. Namun, sang istri yang keras hati sungkan menerima kata tidak. Layar sinema menjawab: Gambir mengabulkan kemauan Talyda. Kelak, Gambir akan menyembunyikan janin-janin di perut setiap karyanya. Dan bukan kebetulan pula jika ritualnya tersebut mampu mengangkat reputasinya dan menggandakan keuntungannya.

Hingga tiba waktu ketika rutinitas Gambir disergap oleh tulisan 'Tolong Saya'. Tulisan itu kemudian menuntunnya menjadi anggota sebuah perkumpulan rahasia yang menyediakan gambar-gambar televisi hasil rekaman kamera tersembunyi. Tertanam di ruang-ruang dengan penghuni bermoral rendah. Salah satu rekaman memperlihatkan seorang anak yang mengalami penganiayaan brutal oleh kedua orang tuanya.

Penelusuran Gambir atas anak tersebut membawanya pada sebuah pintu rahasia berwarna merah di rumahnya sendiri, di ruang kerjanya. Pintu tersebut menjadi kunci dari teka-teki yang mencekik pikiran Gambir.

Ganjilnya hubungan antara Gambir, Talyda dan patung-patung bunting tersebut (patut pula disertakan Dandung (Ario Bayu) dan Koh Jimmy (Tio Pakusadewo) - sahabat dan kurator yang mengerkah integritas Gambir dari belakang) diceritakan dengan gemilang oleh Joko Anwar melalui bahasa visual yang efektif pada film terbarunya "Pintu Terlarang" (LifeLike Pictures).

Para manusia tak lazim tersebut diletakkan di sebuah kota muram yang agaknya bernama 'Smiling City'. Nama ini membawa ironi sebab kita hampir sulit menemukan penduduk kota yang menyunggingkan senyum. Joko mendekorasi kota tersebut dengan pencahayaan yang minim. Jika saja kota tersebut selalu ada dalam pekat malam, niscaya akan jadi semakin sedap. Dengan serta-merta, kita akan cepat bereaksi: bahwa milieu ini diciptakan untuk menguatkan karakter Gambir, yang secara sosial nyaris gagal bahkan dengan orang-orang terdekatnya.

Yang menonjol dari "Pintu Terlarang" adalah kemampuan Joko Anwar menampilkan adegan kekerasan. Direndam dalam lapisan cerita yang kuat, film adaptasi novel berjudul sama karya Sekar Ayu Asmara ini tak terjerumus menjadikan kekerasan sebagai menu utama, meskipun adegan kekerasan yang ditampilkan bisa betul-betul bikin mual.

Saya teringat "Sweeney Todd", film musikal arahan Tim Burton. Dalam Film tersebut, adegan penjagalan yang dilakukan oleh si tukang cukur Benjamin Barker (Johnny Depp) terkesan tak menimbulkan horor karena ia melakukannya sambil bernyanyi. Namun, sesungguhnya wajah alami kekerasan malah muncul daripadanya: Kekerasan bisa menampakkan diri dalam balutan keindahan, yang memesonakan, yang bikin ketagihan.

Adegan makan malam bernuansa Natal pada "Pintu Terlarang" menunjukkan kengerian serupa. Di situlah kegilaan menemukan kesempurnaannya. Lagu berjudul "A Merry Mist" -yang ditulis oleh Ade Firza Paloh dari kelompok SORE dan mendapat pengaruh dari Bing Crosby serta Nat King Cole - mengiringi manuver brutal sang pematung kesepian. Di situlah Gambir sang monster menemukan bentuknya.

Lolly Datangi Rumah Nikita Mirzani, Berharap Bisa Bertemu Meski 10 Menit

Kelak pintu berwarna merah yang ada di ruang kerja Gambir akan membawanya ke jalan penuh jawaban. Dan ia akan melewati jalan itu dengan rasa sakit tak tepermanai. Sejujurnya, penonton akan merasakan perih yang Gambir tanggung. Sebab, sang pematung itu juga menghuni sebagian dari kita, yang enggan untuk membuka 'pintu' menuju masa lalu yang kadang runyam.

Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah

Gelar Halal Bihalal, Menaker Minta Pegawai Kemnaker Meningkatkan Etos Kerja dan Pelayanan Masyarakat

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah menggelar Silaturahmi dan Halal Bihalal bersama pegawai Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) di Halaman Gedung Kemnaker.

img_title
VIVA.co.id
16 April 2024