VIVAnews - Para pemimpin negara-negara "ASEAN+3" sepakat menyediakan dana talangan darurat US$80 miliar untuk menyelamatkan ekonomi Asia Timur di tengah krisis keuangan global. Kesepakatan tersebut dilakukan para pemimpin ASEAN+3, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, di Beijing, Cina, Jumat 24 Oktober 2008.
ASEAN+3 merupakan gabungan antara sepuluh anggota Perhimpunan Negara Asia Tenggara (ASEAN), termasuk Indonesia, dengan tiga negara mitra dari Asia Timur Laut, yaitu Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Dana talangan US$80 miliar disepakati oleh para pemimpin dalam santap pagi bersama. Demikian ungkap pejabat dari kantor kepresidenan Korea Selatan yang turut menghadiri forum tersebut.
"Para pemimpin Asia Timur sepakat untuk mempercepat kerjasama multilateral untuk menyediakan dana US$ 80 miliar pada akhir pertengahan pertama tahun depan [Juni] dan menciptakan suatu organisasi pemantau pasar keuangan regional yang independen," ujar juru bicara Presiden Lee Myung-bak dari Korea Selatan.
Namun belum ada rincian mengenai komitmen tersebut. Sebenarnya inisiatif dana talangan sudah terlintas Mei lalu dimana Jepang, Korsel dan Cina akan menyumbang 80 persen dan sisanya ditanggung ASEAN. Mekanisme dana talangan akan dibentuk Juni tahun depan.
Melalui program talangan tersebut, negara-negara anggota bisa meminjam dana saat menghadapi kesulitan likuiditas keuangan. Mekanisme tersebut merupakan pengembangan dari konsep yang disebut sebagai "Inisiatif Chiang Mai," dimana 13 negara peserta bisa saling mengadakan kontrak-kontrak bilateral untuk menyediakan dana melalui "currency swap."
Sehari sebelumnya, Yudhoyono mengatakan bahwa para pemimpin kawasan sebaiknya menilik kembali “Inisiatif Chiang Mai.” Kesepakatan tersebut digagas setelah krisis ekonomi Asia 1997 berupa penyediaan dana siaga untuk membantu negara-negara melawan serangan tak terduga terhadap mata uang negara masing-masing.
Ajakan Yudhoyono mempertegas kelompok kerja tentang keamanan finansial AEBF yang menyerukan pembentukan “mekanisme pembiayaan darurat” kepada negara-negara yang sistem keuangannya riskan.
“Penting sekali bagi kita untuk mempercepat mekanisme ini,” kata Yudhoyono di Beijing, Cina, Kamis 23 Oktober 2008, saat berpidato di Forum Bisnis Asia-Eropa (AEBF), yang diselenggarakan sehari sebelum dimulainya pertemuan tahunan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Eropa (KTT ASEM) ke-7. KTT ASEM tahun ini berlangsung di Beijing, 24-25 Oktober 2008. (AP)