Penurunan BBM Tak Bisa Angkat Perekonomian

VIVAnews - Turunnya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak akan membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya resesi Amerika Serikat telah menyentuh sektor riil, seperti industri tekstil dan manufaktur lainnya.

Ekonom Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip mengatakan, penurunan harga BBM hanya bisa membantu meningkatkan daya beli masyarakat yang saat ini sudah turun.

Pemerintah beberapa waktu lalu mewacanakan untuk menurunkan harga BBM. Harga wajar penurunan itu berkisar Rp 500 - Rp 800 per liter.

Sunarsip menjelaskan, penurunan harga BBM juga tidak berdampak pada turunnya harga BBM industri yang sudah dilepas ke pasar internasional. Sehingga tidak akan mempengaruhi kinerja industri yang saat ini sedang mengalami masa sulit.

Yang sering terlupakan, kata dia, turunnya harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) yang disebabkan melemahnya harga minyak mentah dunia, tidak membuat subsidi BBM turun signifikan. Sebab, penurunan harga ini dibarengai dengan meningkatnya konsumsi BBM. "Sehingga, subsidi tidak turun, meski ICP turun drastis," ungkap Sunarsip kepada VIVAnews di Jakarta, Rabu 5 November 2008.

Turunnya ICP, juga menurunkan pendapatan negara dari sektor minyak. "Meskipun demikian, jika benar pemerintah akan mengambil langkah menurunkan harga BBM, itu lebih baik agar bisa meningkatkan daya beli masyarakat," imbuhnya.

4 Pria Terkapar Babak Belur di Depan Polres Jakpus, 14 Anggota TNI Diperiksa
Sidang Lanjutan sengketa perselisihan hasil Pilpres 2024 di MK

Sidang Sengketa Pilpres, MK Pertimbangkan Hadirkan Mensos hingga Menkeu

Kubu 01 dan 03 meminta izin ke MK agar bisa menghadirkan sejumlah menteri dalam persidangan sengketa Pilpres 2024.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024